Kamis, 12 Januari 2012

Respirasi (Respiration Part 6)

KORELASI KLINIK

Oksigenasi Hiperbarik

Aplikasi klinik dari hukum Henry adalah oksigenasi hiperbarik, yaitu peingkatan tekanan udara agar O2 banyak yang terlarut dalam darah. Tindakan ini efektif untuk pasien dengan infeksi bakteri anaerob (tidak bisa hidup bila ada O2) yang menyebabkan tetanus dan gangren. Seseorang ditempatkan dalam suatu ruangan yang tekanannya lebih tinggi dari tekanan udara atmosfer (>760mmHg). Jaringan akan mengambil O2 dan bakteri anaerob akan mati. Ruangan hiperbarik juga dapat dipakai untuk penyakit jantung tertentu, keracunan karbon monoksida, emboli gas, luka terbuka, edema cerebral, infeksi bakteri anaerob pada tulang yang sulit diobati, perokok, asfiksi, insufisiensi vaskuler dan luka bakar.

Keracunan Karbon Monoksida

Gas karbonmonoksida (CO) bersifat tidak berarna dan tidak berbau dan terdapat pada asap knalpot mobil, gas dari mesin pemanas ruangan, hasil embakaran sampah dan asap rokok. CO terikat pada gugus heme hemoglobin seperti pada O2 namun mempunyai sifat 200 kali lipat lebih kuat ikatannya daripada oksigen dengan hemoglobin (jadi berkompetisi). Akibatnya, konsentrasi kecil saja dari CO misal 0,1% (PCO=0,5mmHg) akan menempati separuh molekul Hb sehingga menurunkan kapasitas angkut oksigen sebesar 50%. Peningkatan kadar CO darah menyebabkan keracunan karbonmonoksida yang mempunyai gejala bibir dan mukosa mulut berwarna merah cerah, seperti buah Cherry (merupakan warna ikatan Hb-CO), Tanpa pengobatab memadai, keracunan karbonmonoksida bisa berakibat fatal. Tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian suplementasi oksigen murni sehingga mempercepat lepasnya ikatan Hb-CO.

Hipoksia

Hipoksia adalah defisiensi O2 di jaringan tubuh. Berdasarkan penyebabnya hipoksia dapat diklasifikasikan menjadi 4 tipe yaitu Hipoksik Hipoksia: disebabkan penurunan PO2 di darah arteri misalnya pada obstruksi jalan nafas, berada di tempat tinggi (naik gunung) atau ada cairan di paru. Anemik Hipoksia: karena rendahnya kadar Hb yang berfungsi normal dalam darah sehingga transport O2 ke jaringan juga berkurang. Penyebabnya bisa perdarahan (eritrosit berkurang), anemia (Hb rendah), atau gangguan Hb mengangkut O2 (misalnya karena kalah kompetisi dengan CO pada keracunan CO). Iskemik Hipoksia: disebabkan aliran darah ke jaringan yang berkurang sehingga hanya sedikit O2 yang sampai ke jaringan walaupun PO2 dan Hb-O2 normal. Histotoksik Hipoksia: darah membawa cukup O2 ke jaringan tetapi jaringan tidak dapat memakainya dengan baik karena adanya zat toksik. Salah satu penyebabnya adalah keracunan sianida, yang mengeblok kerja enzim yang dibutuhkan untuk memakai O2 saat proses produksi ATP.

Efek Merokok terhadap Efisiensi Respirasi

Perokok akan mudah sekali lelah bahkan saat olahraga yang tidak berat sekalipun. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya efisiensi system respirasi pada perokok karena factor berikut: Kontriksi brokheolus terminal karena nikotin akan menurunkan aliran udara masuk dan keluar paru. Karbon monoksida (CO) pada asap rokok terikat dengan hemoglobin dan mengurangi kapasitas Hb mengangkut oksigen. Iritasi saluran nafas menyebabkan sekresi cairan mucus yang berlebihan dan pembengkakan mukosa di bronkus sehingga mengurangi aliran masuk dan keluarnya udara di paru. Zat Iritan pada asap rokok juga menghambat pergerakan silia dan merusak silia yang melapisi saluran nafas. Akibatnya debu kotoran dan mucus tidak mudah “disapu” keluar dan menyebabkan gangguan pernafasan. Efek jangka panjang kerusakan serabut elastic paru akan menyebabkan penyakit emfisema (biasanya dirasakan pada usia tua). Hal ini meyebankan banyak bronkiolus kecil yang kolaps, menyebabkan gas terjebak dalam alveoli pada akhir ekspirasi. Pertukaran O2 dan CO2 pun menjadi tidak efisien lagi.

Efek Penuaan pada sistem Respirasi

Pada usia tua, saluran nafas dan jaringan pada system respirasi (termasuk alveoli) berkurang elastisitasnya dan lebih kaku (rigid). Akibatnya terjadi penurunan kapasitas paru untuk mengembang dan udara yang dapat masuk juga berkurang. Jumlah maksimum udara yang dapat dihembuskan setelah menghirup udara sekuatnya (kapasitas vital paru) menjadi hanya 35% pada saat usia 70 tahun. Selain itu, terjadi juga penurunan kadar O2 darah, penurunan aktivitas makrofag alveoli dan penurunan fungsi silia di epitel saluran nafas. Karena perubahan yang terjadi, orang lanjut usia lebih rentan terkena gangguan respirasi seperti pneumonia, bronchitis, emfisema, dan lainnya. Perubahan terkait bertambahnya umur ini juga mengurangi kemampuan usila untuk melakukan olahraga yang termasuk berat seperti lari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar